Situs Warungboto

Pesanggrahan Rejawinangun (Situs Warungboto) secara administratif terletak di perbatasan antara Kelurahan Rejawinangun, Kecamatan Kotagede dan Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharja, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara astronomis, Pesanggrahan Rejawinangun berada pada koordinat Garis lintang: -7.8085 dan Garis bujur: 110.3908. Google Maps Situs Warungboto.

Keberadaan pesanggrahan-pesanggrahan yang ada di Yogyakarta tidak dapat dipisahkan dari sejarah berdirinya Kraton Yogyakarta. Adanya Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 M, wilayah Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta diperintah oleh Sunan Paku Buwana III dan Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah. Sultan Hamengkubuwana I kemudian membangun kraton dengan berbagai sarana dan prasarana untuk mendukung keberlangsungan eksistensi kerajaan, di antaranya dengan membangun, pesanggrahan (taman), benteng keliling di dalam (cepuri) maupun di luar kedaton (baluwarti), jagang dan beberapa pemukiman abdi dalem.

Pesanggrahan yang ada di Yogyakarta dibangun pada masa Hamengku Buwana I antara lain: Pesanggrahan Ambarketawang, Pesanggrahan Tamansari, dan Pesanggrahan Krapyak (tempat berburu).

Pesanggrahan atau tempat pesiar merupakan tempat peristirahatan bagi raja beserta kerabatnya. Dikarenakan fungsi utama berkaitan dengan ketenangan dan kenyamanan untuk tempat peristirahatan, maka pada umumnya pesanggrahan dilengkapi dengan taman, segaran, kolam, kebun, dan fasilitas untuk kepentingan religius.

Sultan Hamengku Buwana II dikenal sangat menyukai dan membangun banyak pesanggrahan sejak menjadi Putra Mahkota sampai masa pemerintahannya, oleh karena itu juga dikenal sebagai Raja pembangunan pesanggrahan. Selama periode sebagai Putra Mahkota (1765 M – 1792 M) sudah mulai membangun beberapa pesanggrahan, yaitu Pesanggrahan Rejawinangun, Purwareja, Pelem Sewu, dan Reja Kusuma.

Berdasarkan sumber di antaranya Tidjschriff voor Nederlandsch Indie tulisan J.F. Walrofen van Nes tahun 1884, Babad Momana serta Serat Rerenggan dijelaskan bahwa Pesanggrahan Rejawinangun mulai dibangun pada tahun 1711 Jw (1785 M) yang merupakan karya putra mahkota yaitu KGPAA Hamengkunegara kelak naik tahta bergelar Sri Sultan Hamengku Buwana II. Di dalam babad Momana disebut angka tahun pembuatan pesanggrahan, 1711 tahun Dal, Kanjeng Gusti awit yasa ing Rejawinangun….

Saat ini sisa-sisa bangunan Pesanggrahan Rejawinangun hanya tinggal sebagian dan lebih dikenal dengan nama Umbul Warung Bata. Pesanggrahan Rejawinangun berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk di sebelah utara dan selatannya. Sisi timurnya berbatasan dengan Sungai Gajah Wong, dan sisi barat berbatasan dengan Jalan Veteran Yogyakarta.

Berdasarkan hasil identifikasi gugusan bangunan Pesanggrahan Rejawinangun terbuat dari batu bata tanpa struktur kayu, seperti halnya bangunan Pesanggrahan Tamansari yang berdinding tebal. Kompleks pesanggrahan ini terdiri atas pagar keliling dan bangunan pesanggrahan. Pada saat masih dimanfaatkan sebagai pesanggrahan milik sultan, Pesanggrahan Rejawinangun didirikan pada sisi barat dan sisi timur Sungai Gajah Wong dengan memanfaatkan undak-undakan sungainya. Antara kompleks bangunan sisi timur dengan sisi barat sungai memiliki sumbu imajiner yang membujur dari timur ke barat.

Pesanggrahan Rejawinangun di Sisi Barat

Kompleks bangunan pesanggrahan di sisi barat Sungai Gajah Wong saat ini masih meninggalkan bukti fisik yang cukup banyak. Sisa bangunan di sisi barat sungai secara administratif berada di Kalurahan Warungboto, sehingga peninggalan kekunoan Pesanggrahan Rejowinangun itu disebut Umbul Warungboto.

Pesanggrahan Rejawinangun di sisi barat Sungai Gajah Wong terdiri atas bangunan inti yang berada di dalam pagar keliling serta terdapat ruang utama yang merupakan pusat kesakralan. Bangunan tersebut diindikasikan sebagai bangunan pengimaman. Selain itu terdapat dua buah kolam yang berbentuk bundar dan segi empat. Kedua kolam tersebut berdinding bata dengan perekat dan lepa.

Kolam pertama terletak di bagian barat berbentuk bulat, dengan sumber air di bagian tengahnya. Kolam kedua berada di sebelah timur kolam pertama. Sumber airnya berasal dari kolam pertama yang dialirkan melalui sebuah saluran terbuka yang menghubungkan kolam pertama dan kedua.

Kedua kolam tersebut dikelilingi bangunan bertingkat dengan sejumlah ruangan berjendela berbentuk persegi panjang. Selain itu, juga terdapat bangunan sayap utara dan selatan yang dirancang secara simetris yang terdiri dari beberapa kamar dan juga terdapat bangunan pendapa.

Bangunan Pesanggrahan Sisi Timur

Kompleks Pesanggrahan Rejawinangun yang ada di sisi timur Sungai Gajah Wong permukaan tanahnya lebih rendah dibandingkan dengan pesanggrahan yang ada di sisi barat. Pada bagian ini terdapat kolam berbentuk “U” yang juga berdinding bata dengan ukuran panjang 6 m, tinggi 3 m, dan tebal 60 cm. Pada salah satu sudut kolam terdapat sisa pot bunga berukuran besar dan terbuat dari bata. Di bagian utara dan selatan bangunan masing-masing terdapat patung manuk beri.

Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti mengenai pemanfataan kompleks bangunan di sisi timur sungai, akan tetapi hingga tahun 1936 masih terlihat jelas jika kompleks bangunan sisi timur sungai terbagi menjadi tiga kompleks yang membujur utara-selatan dengan pagar keliling serta dihubungkan oleh jalan berpagar selebar 30 meter.

Penelitian tentang Situs Warungboto (Pesanggrahan Rejawinangun)

Penelitian tentang Situs Warungboto telah dilakukan sejak zaman Belanda hingga masa pasca kemerdekaan. Pada tahun 1936, Oudheidkundige Dienst (OD) membuat peta gambar rekonstruksi serta mendokumentasikannya dalam bentuk foto. Kegiatan ini selesai tahun 1937.

Kemudian hasil pemetaan Oudheidkundige Dienst tahun 1936 tersebut ditindaklanjuti dengan kegiatan perbaikan darurat oleh Dienst der Zelbestuurweken te Jogjakarta (dinas pekerja Kotapraja) dengan petunjuk dari Oudheidkundige Dienst. Setelah dilakukan perbaikan darurat tahun 1939 oleh Oudheidkundige Dienst, maka tahun 1981 mulai diadakan peninjauan kembali terhadap kekunoan Situs Warungboto.

Hal ini dilakukan kaitannya dengan usaha pemeliharaan dan perlindungannya sebagai situs purbakala. Kegiatan yang dilakukan pada tahun 1981 oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Yogyakarta (sekarang BPCB DIY) berupa pendokumentasian melalui foto. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan pendokumentasian yang dilakukan pada tahun 1981 maka pada tahun 1982 Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Yogyakarta melakukan kegiatan pemetaan dalam rangka pemeliharaan dan upaya perlindungannya. Kemudian dilanjutkan dengan Studi Teknis pada tahun 2007.

Pemugaran Situs Warungboto Pasca Gempa 2006

Gempa tektonik yang mengguncang Yogyakarta pada 27 Mei 2006 semakin memperparah kerusakan dari sisa-sisa bangunan Pesanggarahan Rejawinangun yang masih ada. Namun sebagian sisa-sisa bangunan tersebut seperti bangunan pendapa, kolam bundar dan masjid secara parsial masih bisa dilestarikan. Oleh karena itu pada tahun 2009 dilakukan pemugaran bagian pendapanya. Pada tahun 2015 dilakukan pemugaran, bertujuan untuk menyelamatkan Pesanggrahan Warungboto dengan sasaran pada bagian depan yang terdapat bangunan pengimaman yang kondisinya sangat memprihatinkan.

Pada tahun 2016 dilakukan kegiatan lanjutan yakni melakukan rehabilitasi bangunan tengah yang terdapat kolam (umbul), bangunan sayap sisi selatan, bangunan bertingkat sisi selatan dan pagar. (Sri Suharini).

Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, ikut melestarikan jejak sejarah leluhur bangsa dengan penemuan serta pelestarian lingkungan yang bernilai sejarah.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments